Aku tiba di
rumah. Tanpa mengucap salam, aku membuka pintu dan menutupnya agak keras. Aku
langsung menuju kamarku. Kuletakkan tas ranselku.
“Oh, udah pulang
ya. Kok tumben tadi gak salam?” Tanya Kak Nana
“Males” Jawabku
singkat sambil menggelung rambutku
“Ada masalah?”
tanya Kak Nana
“Kalung kesayanganku
ilang. Permisi kak.” Kataku sambil melewati Kak Nana menuju kamar mandi. Kak
Nana hanya menoleh mengikuti gerakanku.
Aku keluar dari
kamar mandi dengan berbalut handuk di tubuh dan kepala. Aku menuju kamar untuk
ganti pakaian. Setelah itu, aku buka pintu kamarku. Terlihat kucing putihku
duduk manis di depanku. “Mew” Aku tersenyum mendengarnya. Tapi senyum itu hanya
sesaat. Aku naik ke tempat tidur, dan duduk bersandar. Kucingku melompat dan
duduk dipangkuanku. Tiba-tiba Kak Nana datang, berdiri di ambang pintu, dan
tersenyum. “Udah, jangan cemberut
mulu! Nanti kakak beliin yang baru. Ok?”
“Yeah” Jawabku
menunduk memandangi kucingku. Tiba-tiba, terdengar suara sedan berhenti di
depan halaman rumah.
Sedan itu
berhenti di depan rumah, pintunya terbuka, turun seorang lelaki berambut hitam
rapi memakai kaos berbalut jaket hitam. Aku yang sedang membelai kucingku
terkejut. Kugendong kucingku dan kuajak mengintip dari balik jendela kamar.
Kucingku menggeliat, lepas dari gendonganku dan bersembunyi di bawah dipan,
sepertinya ketakutan. Aku mengernyitkan dahi memandang lelaki itu. Siapakah
dia? Apakah aku mengenalnya?
Dia tiba di
depan pintu dan mengetuk. “tok tok tok”. Melihat tingkah si
Pusy yang masih ketakutan, aku jadi ragu untuk membukakan pintu. Aku diam di ambang pintu kamarku sambil melihat kearah pintu rumah. Kakakku, Kak Luna, datang dan bertanya kepadaku,
Pusy yang masih ketakutan, aku jadi ragu untuk membukakan pintu. Aku diam di ambang pintu kamarku sambil melihat kearah pintu rumah. Kakakku, Kak Luna, datang dan bertanya kepadaku,
“Kenapa nggak
dibukakan pintunya?”
Dengan suara pelan, aku menjawab, “Sstt...
Aku nggak berani, Kak. Aku gak kenal orangnya.”
“Oh, yaudah, ayo
Kakak temenin”. Kata Kak Luna
Aku dan kakakku menuju pintu dan
membukakan pintu.
“Mmm... Selamat
malam, maaf mengganggu. Saya Chanyeol, saya mau...”
“Oh, silahkan
masuk dulu” Sahut Kakakku. Aku hanya mengikuti kakakku disamping kiri agak
kebelakang. Kakak menutup pintu kemudian memersilahkan duduk.
“Silahkan
duduk.”
“Oh, ya,
terimakasih” Kata Chanyeol sambil tersenyum
“Nama saya
Chanyeol, saya kakak kelasnya Luna.” Kata Chanyeol memperkenalkan diri
“Oh, kakak
kelasnya Luna. Saya Nana, kakaknya Nana. Tadi Nana bilang gak kenal, takut
bukain pintu”
“Hehehe, ya
maaf, Luna masih maba. Belum hafal kakak kelas. Maaf ya, Kak Chanyeol” Kataku
sedikit malu
“Nggak apa-apa
kok. Oh iya, mmm...” Chanyeol merogoh ke dalam saku jaketnya
“Ini punyamu
bukan?” Tanya Chanyeol sambil menyodorkan sebuah kalung.
“Lho iya kak,
itu punyaku. Ketemu dimana? Tadi pas acara farewell party aku cari-cari gak
ada” Kata Luna sambil menerima kalungnya.
“Tadi ketemu di
pot bunga dekat red carpet. Kayaknya tadi jatuh pas kamu lagi sibuk nge-dekor”
“Makasih ya kak”
Kamudian aku memakai kalungku
“Sama-sama”
katanya sambil tersenyum “Kenapa gak besok aja kak balikinnya? Apa gak capek
dari farewell party, langsung kesini?”
“Hehehe, aku
orangnya kan pelupa, Jadi, langsung aja balikin, takutnya kalau besok, aku lupa
bawain kalungnya. Lagian, kebetulan lagi jalan-jalan ini tadi.” Kemudian,
Chanyeol menoleh ke arah jam dinding. Jam dinding menunjukkan pukul 22:00.
“BTW, tau
rumahku dari mana kak?” Tapi pertanyaanku tidak dijawab
“Oh, udah jam
sepuluh. Pamit dulu. Udah malem” Chanyeol langsung berdiri dari sofa
“Iya, hati-hati
ya.” Kak Nana berpesan.
“Iya” Chanyeol
tampak sangat tergesa-gesa menuju mobilnya dan mengemudi agak ngebut.
“Untung tadi
nggak berjabat tangan, tadi juga kayaknya dia gak lihat perubahan ini.” Gumam
Chanyeol sambil melihat tangannya yang mulai memanjang kukunya.
Awan mendung
menyibak. Bulan purnama mulai terlihat. Chanyeol semakin mengerikan. Punggung
tangannya mulai berambut, telinganya sudah berubah menjadi telinga serigala.
Dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi di tepi hutan. Dia turun
dan melihat sekitarnya.
“Nggak ada
orang” Ia langsung berlari menuju tengah hutan dan berhenti di sebuah pohon
besar. Wajah bulan sekarang sangat bersih. Chanyeol telah berubah wujud menjadi
manusia serigala sepenuhnya. Berpostur tegap seperti manusia, sekujur tubuhnya
dipenuhi rambut, berkepala serigala, memiliki ekor.
“Auuuuuuuu”
Chanyeol melolong sangat keras. Mendung menghalangi bulan lagi. Chanyeol
kembali menjadi manusia. Dia duduk meringkuk dibawah pohon besar. Kedua
tangannya mencengkram kepalanya yang menunduk. Dia menangis.
“Hiks~ sampai
kapan kutukan ini akan berakhir?” Ia semakin membenamkan kepalanya kedalam
kedua tangannya.
Dua minggu
berlalu, Chanyeol dan Luna semakin akrab. Kemudian, suatu siang, Chanyeol
menghampiri Luna di taman kampus. Luna tampak sendirian dan membaca buku.
“Lagi sibuk
nih?” Tanya Chanyeol sambil duduk dan menoleh ke arah Luna.
“Iya, belajar
buat post test” Jawab Luna dengan tetap fokus membaca
“Kakak mau curhat
boleh?” Tanya Chanyeol sambil memasukkan tangan ke saku jaketnya.
“Boleh”
“Kakak suka sama
cewek. Pengen nembak, tapi takut gak diterima” Chanyeol menunduk
“Ya coba aja
tembak. Siapa tau diterima”
“Mmm~ gitu ya?
Yaudah, kakak suka sama kamu” Kata Chanyeol melihat ke arahku. Aku spontan
menutup bukuku. Aku tercengang. Aku dan Kak Yeol berpandangan. Aku tercengang
dan melihat ke wajah Kak Yeol yang tersenyum. Aku menunduk malu dan diam.
“Aku tunggu ya
jawabannya.” Kemudian Kak Yeol meninggalkanku. Sore harinya, sebelum pulang,
aku menghampiri Kak Yeol yangsedang membaca mading.
“Kak Yeol!”
“Iya?” Kak Yeol
menoleh. Aku langsung menyerahkan sepucuk surat kepada Kak Yeol.
“Aku permisi
dulu” Aku langsung bergegas meninggalkan Kak Yeol.
Chanyeol membuka
amplopnya dan membaca dalam hati :
“Kak Yeol, maaf,
aku malu bilang langsung. Aku juga buru-buru mau pulang. Makanya aku pakai
surat. Aku punya rasa yang sama.” Setelah membaca itu, Yeol langsung tersenyum
lebar. Ia mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya dan berteriak kegirangan.
“Yyesss”. Kelakuannya membuat mahasiswa lain yang lewat memandanginya. Tapi
Yeol tidak menggubris sedikitpun.
Ia berjalan
menuju parkiran. Mengeluarkan mobilnya dan meluncur ke rumah Luna. Sesampai
dirumah Luna, ia mengetuk pintu. Ketika pintu terbuka, dia berkata,
“Lunaaa” Katanya
dengan suara lantang seolah ingin mengejutkan sambil membentangkan kedua
tangannya. Namun sayang, yang membukakan pintu bukanlah Luna, melainkan Kak
Nana.
“Eh, maaf Kak.
Luna ada?” Katanya dengan wajah yang merona dan malu karena perbuatannya tadi.
“Ada, lagi
mandi.”
“Oh” Kata
Chanyeol melihat ke arah dalam rumah.
“Aaaa, aku tahu”
Kak Nana mengacungkan jarinya ke wajah Chanyeol sambil pasang ekspresi seperti
menggoda.
“Apa?” Tanya
Chanyeol dengan polosnya
“Kok seneng
banget kayaknya?” Kak Nana mengamati wajah Chanyeol. Wajah Chanyeol semakin
merona. Chanyeol memutar mata ke kanan bawahnya.
“Jadian sama
Luna ya? Hayo?” Kak Nana mengacungkan jarinya lagi, tersenyum dan mengintrogasi
dengan suara pelan dan nada menggoda.
“Enggak”
Wajahnya masih merona
“Halah! Udah!
Ngaku aja! Nggak papa kok.”
“Hehehe. Iya.
Hehehe” Chanyeol terkekeh dan memegang kepalanya
“Nah kan! Ayo
masuk dulu.” Kak Nana mempersilahkan.
“Luuun cepetan.
Ada yang nunggu tuh! Penting!” Teriak Kak Nana.
“Siapa Kak?”
Teriak Luna dari dalam.
Udah ayo cepet!
Keburu pulang loh orangnya.”
“Siapa ya? Emang
penting banget ya?” Tanya Luna dalam hati.
Tak lama
kemudian, Luna keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ruang tengah tanpa
memerdulikan rambutnya yang masih basah.
“Kak Yeol?” Luna
terkejut. Chanyeol dan Kak Nana tersenyum ke arah Luna.
“Mmm... Aku
tinggal dulu ya. Hihihi.” Kata Kak Nana sambil meninggakan mereka berdua. Nana
memandang kakaknya dengan tatapan heran dan alis terangkat satu. Nana duduk di
depan Chanyeol. Wajah keduanya merona dan tidak saling memandang. Awkward!
“Ada keperluan
apa kesini?” Tanya Luna dengan canggung.
“Emm... Thanks”
“Thanks? Buat
apa?”
“Thanks...
Udah... Nerima”
“Oh... Iya...
Sama-sama”
“Emm... Yauda,
aku pamit”
“Iya, hati-hati”
Tiga minggu
berlalu. Hubungan keduanya berjalan mulus. Suatu ketika, mereka berangkat dan
pulang bersama. Ketika mengendarai mobil, Chanyeol melihat kukunya mulai
memanjang. Kemudian ia melihat ke langit, ternyata ini adalah malam purnama. Chanyeol
langsung memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi di tepi hutan.
“Kok berhenti?”
Tanya Luna
“Aku mau pipis
sebentar, plis." Kata Chanyeol sambil menggenggamkan tangannya.
“Oh, iya iya”
Kata Luna. Chanyeol langsung berlari ke dalam hutan. Dia berhenti dibawah pohon
besar. Dan berubah total disana seperti biasa. Disisi lain, Luna yang sendirian
didalam mobil yang tertutup rapat, tiba-tiba didatangi oleh dua orang perampok
mobil. Satu perampok mengetuk-ngetuk kaca mobil dan yang satu mempersiapkan
sajam.
‘Dok dok dok dok
dok....’ Perampok itu menggedor kaca jendela yang anti peluru itu. Disisi lain,
Chanyeol yang sudah berwujud manusia serigala pendengarannya menjadi jauh lebih
tajam dari manusia normal. Chanyeol menoleh ke arah jalan besar dan langsung
berlarike arah mobilnya.
“Whoey! Keluar!”
Kata perampok yang mengetuk-ngetuk kaca mobildengan keras.
“Serahkan mobil
ini, atau mati!” Kata perampok yang satu lagi dengan menggenggam pisau.
“Enggaaaak....
Kak Chanyeoooooool......!” Teriak Luna. Tak lama kemudian, Chanyeol muncul
dengan wujud manusia serigala. Chanyeol menghajar habis-habisan. Dan sempat
menerkam salah satu perampok itu dan melukai lehernya dengan taringnya. Kedua
perampok itu berlari ketakutan. Chanyeol langsung masuk ke dalam mobil.
“Aaaaaaa~” Luna
ketakutan dengan manusia serigala itu. Manusia serigala itu memberi isyarat
diam kepada Luna, dan kemudian menjalankan mobil merah itu.
“Heh! Berhenti!
Berhenti!” Teriak Luna. Chanyeol memberhentikan mobilnya lagi. Luna mau keluar
dari mobil, tapi, tangan kanannya ditahan oleh tangan kiri Chanyeol.
“Aaaaaa~
Leppaaaas!!!!” Teriak Luna. Tangan Luna ditarik dan membuat jarak yang lebih
dekat dengan Chanyeol. Tangan kanan Chanyeol meraih pipi kiri Luna dan membuat
Luna menoleh ke arah manusia serigala itu. Sosok seram dengan mulut bersimbah
darah itu kemudian menunjuk dirinya sendiri. Kemudian kedua tangannya memegang
wajah Luna. Seolah mengisyaratnkan : “Lihat aku!”. Luna terdiam dan
memerhatikan sosok seram itu. Diwaktu yang bersamaan, mendung kembali menutupi
bulan. Chanyeol berubah kembali menjadi manusia. Melihat ini, Luna menangis.
“Luna~ Luna~”
Chanyeol memanggil, tapi Luna tidak menjawab dan tetap menangis.
“Sebenarnya aku
terkena kutukan ini sejak lama. Sejak aku masih SMP. Ayahku seorang duda.
Beliau dilamar oleh seorang janda yang cantik. Tapi, ayahku menolaknya. Ayahku
tidak tahu, kalau ternyata wanita itu adalah seorang penyihir. Karena ditolak,
dia marah, dan mengutukku. Kutukan ini hanya akan hilang, jika aku menemukan.
cinta sejatiku yang mau menerimaku apa adanya setelah dia tahu wujud
serigalaku.”
Setelah Chanyeol
bercerita, suasana hening sejenak. Hanya isakan tangis dari Luna yang
terdengar.
“Maaf, aku sudah
buat kamu takut, kecewa... Tapi, aku harap kamu bisa nerima aku.” suasana
hening kembali.
“Iya... Aku mau
nerima kakak apa adanya.”
Chanyeol
tersenyum, dan memegangi tangan Luna. Tak lama kemudian, mendung kembali
menyibak, namun Chanyeol tetap berwujud manusia.
“Bulannya
kelihatan, tapi aku~ Aku tetap jadi manusia” Pekik Chanyeol gembira. Keduanya
saling berpandangan, Luna tersenyum. Semua menghela nafas, lega, kegembiraan
tergambar jelas pada keduanya.
-END-
Ratna & Galuh